Laut Bercerita
Informasi E-Book
- 978-602-424-694-5
- Laut Bercerita
- FIKSI
- 2017
- Pinjam
Matilah engkau mati Kau akan lahir berkali-kali Sang penyair pernah menulis sebait puisi ini diatas secarik kertas lusuh. Saat itu dia masih berambut panjang menggapai pundak dan bersuara purau karena banyak berorasi di hadapan buruh. Ia menyelipkannya ke dalam sebuah buku tulis bersampul hitam dan mengatakan itulah hadiah darinya untuk ulang tahunku yang ke-25. Sembari mengepulkan asap rokoknya yang menggelung-gelung ke udara, dia mengatakan aku harus selalu bangkit, meski aku mati. Tetapi hari ini, aku akan mati Aku tak tahu apakah aku bisa bangkit Setelah hampir tiga buku disekap dalam gelap, mereka membawaku ke sebuah tempat. Hitam. Kelam. Selama tiga bulan mataku dibebat kain apak yang hanya sesekali dibuka saat aku berurusan dengan tinda dan kencing. Aku ingat pembicaraanku dengan sang penyair. Dia berkata bahwa dia tak takut pada gelap. Karena dalam hidup, ada terang dan ada gelap. Ada perempuan dan ada lelaki. "Gelap adalah bagian dari alam," kata Sang Penyair. Tetapi jangan sampai kita sudah menyerah. Kelam adalah sebuah kepahitan, satu titik ketika kita merasa hidup tak bisa dipertahankan lagi. Aku tak tahu apakah saat ini aku sedang mengalami kegelapan, atau kekelaman. Mataku dibebat. Tanganku diborgol. Apakah ini gelap yang kelak menjadi pagi yang lamat-lamat mengurai cahaya matahari pagi; atau gelap seperti sumur yang tak menjanjikan dasar?